Recent Post Ξ
- Back to Home »
- Cerita Horror , Riddle Story »
- 65 Riddle Story Part 6 (51-65)
Posted by : Rinaldo
April 23, 2015
Halo Vroh~~
Padahal ane copas aja :'v tapi masih capek :'v
ini post final untuk 65 Cerita RiddleStory
Langsung aja cek, dan dibaca + dicermati baik2
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
51. Aku
terbangun tengah malam dan merasakan suatu perasaan tak enak.
Aku
menyalakan lampu mejaku dan melihat genangan darah yang sangat banyak di
selimutku.
Aku
menjerit dan berlari keluar kamarku. Aku buru-buru turun ke lantai bawah dan
melihat Buddy, anjingku, kini terbaring bersimbah darah di dasar tangga. Aku
hendak keluar melalui pintu depan ketika aku mendengar suara di ruang makan. Pembunuh
itu masih ada di sini!
Aku
segera berlari ke atas lagi untuk menemukan orang tuaku, berharap mereka masih
hidup.
Aku
membuka pintu kamar orang tuaku dan melihat kolam darah di lantai. Darah
menetes dari atas tempat tidur dimana kedua orang tuaku terbaring tak bernyawa.
Aku
mendengar sang pembunuh naik ke atas. Pelan namun pasti, ia membuat suara
decitan ketika kakinya menginjak anak tangga yang terbuat dari kayu.
Aku
meringkuk di pojok ruangan,tak ada lagi jalan keluar.
Pembunuh
itu masuk melalui pintu.
Aku
bernapas lega. Itu bukan pembunuh, ternyata itu pria berseragam polisi.
Aku
hendak berlari ke arahnya, meminta tolong. Namun ia justru bergerak mundur
ketika ia melihatku.
“Ke…kenapa?”
tanyaku ketakutan, “A…apa ia ada di belakangku?”
Kemudian
ia berkata dengan suara tegas sambil berusaha meraih pistol yang ada di
sabuknya.
“Nak,
tenanglah dan berikan kepadaku pisau itu!”
52.
Saat OSPEK, kami semua diharuskan mengikuti uji nyali di sebuah pemakaman tua.
Kami dikirim berdua-dua untuk melintasi kuburan tersebut untuk menguji
keberanian kami. Aku dan temanku sangat ketakutan karena saat itu sudah tengah
malam.
Begitu
sampai di kamp, kami berdua tertawa sambil menunjukkan tangan kanan kami yang
membiru. Pasti karena kami berpegangan tangan terlalu erat saking takutnya.
Kalau dipikir-pikir hal itu sangat konyol. Tak ada alasan bagi kami ketakutan
seperti itu sebab tak ada satupun hal seram terjadi pada kami malam itu.
53.
Malam itu aku menyaksikan kembang api dari lantai atas sebuah gedung bersama
sahabatku.
“Hei,
maafkan aku akhirnya jadian dengan mantanmu,” katanya, “Aku merasa seperti
orang jahat, merebutnya darimu.”
“Ah
tidak apa-apa.” Jawabku, “Dia kan sudah memilihmu. Aku justru senang.”
“Oh,
begitu. Syukurlah kamu tidak marah. Selamat tahun baru…”
“Selamat
tahun baru!” aku berkata sambil menepuk punggung sahabatku itu.
54.
Belakangan ini aku mengalami kejadian tak mengenakkan. Begitu aku pulang,
kamarku selalu saja acak-acakan. Tak ada yang hilang sih, tapi ini mulai
mengangguku . akhirnya aku memutuskan untuk memasang kamera CCTV di pojok
kamarku.
Ketika
aku pulang hari ini, akupun mengecek isinya. Awalnya tak ada apapun yang
terjadi, namun kemudian aku melihat kenop pintuku berputar. Pintu kamarku
terbuka dan seorang wanita, sambil membawa pisau di tangannya, masuk ke dalam
kamarku. Sambil tertawa-tawa ia mengobrak-abrik seisi kamarku dan kemudian
bersembunyi di dalam lemari.
Di
dalam video, seseorang kembali memutar kenop pintu dan membukanya. Itu aku.
55.
Aku bertengkar hebat dengan orang tuaku dan akhirnya memutuskan untuk tinggal
sendiri sejak dari sekarang. Hari pertama aku hidup mandiri, aku memulainya
dengan hal-hal biasa, seperti sarapan, mandi, dan kemudian bersiap berangkat.
Oh ya, hampir lupa … aku harus membuang sampah. Akupun keluar dari rumah dan
menyapa tetanggaku yang selalu meyirami tanamannya setiap pagi. Aku kemudian
mengunci pintu kemudian berangkat. Benar-benar hari pertama yang sempurna!
56.
Hari ini aku mengundang temanku, A, untuk bermain game di rumah. A dan aku
bermain game hingga larut malam. Akhirnya kami lelah dan memutuskan menonton
televisi. Malam itu sangat membosankan karena semua acara prime time sudah
habis dan yang tertinggal hanyalah acara berita. Namun ada satu berita yang
menarik perhatianku,
“Pagi
ini di Chiyoda terjadi sebuah kasus pembunuhan misterius. Korbannya adalah
seorang guru karate dan tubuhnya ditemukan terpotong-potong. Perlu diingat
bahwa senjata pembunuhnya belum ditemukan jadi sangat sulit bagi polisi untuk
melacak pelaku sebenarnya ..”
“Wah
seram sekali. Bukankah tempat tinggalmu di Chiyoda? Berhati-hatilah!” kataku
pada A.
A
hanya tertawa, “Hahaha, menakutkan sekali, ada pembunuh berantai berkeliaran …”
“Aku
serius. Mungkin ia mengincar jago bela diri. Bukankah kau juga ahli judo?”
“Ya…ya…ya…justru
karena aku ahli judo, aku bisa membela diri kalau bertemu dengannya. Eh, hari
sudah malam, aku pulang saja.”
“Hei,
menginap saja di sini! Bahaya kalau kau pulang malam-malam!”
“Hahaha….aku
sama sekali tak takut dengan pembunuh yang berkeliaran membawa pisau dapur.
Bye!”
Aku
mengantar A ke pintu dan begitu ia pulang, aku gemetar ketakutan.
57.
Sejak awal bulan lalu, aku selalu memimpikan mimpi yang sama. Di mimpi itu, aku
memimpikan sebuah rumah yang sangat besar dan indah. Dalam mimpiku, aku berada
di depan rumah itu lalu masuk dan menjelajahinya. Aku pergi ke ruang tamu dan
dapur, kemudian naik ke lantai dua dan menjelajahi kamar tidurnya. Aku selalu
berpikir bahwa mungkin aku pernah berada di rumah itu dan ingatan itu tertanam
dalam alam bawah sadarku. Namun anehnya, aku sama sekali tak ingat pernah
melihat rumah itu sebelumnya.
Namun,
semuanya berubah malam itu.
Suatu
malam ketika aku sedang berkendara pulang dari kantorku, aku memutuskan untuk
mengambil jalan pintas. Jalan itu melewati hutan pinus yang lebat. Rasa takut
mulai menghinggapiku kettika kegelapan malam mulai menyelimutiku. Namun di
antara bayangan-bayangan pohon, aku melihat sepercik cahaya di kejauhan dan
akupun mendekatinya. Aku terkejut, ternyata itu rumah yang ada di dalam
mimpiku!
Aku
berhenti di depan rumah itu dan turun ke mobil. Rumah ini tak salah lagi adalah
rumah dalam mimpiku! Ada tulisan “Rumah Dijual” di situ. Rumah ini adalah rumah
yang sangat bagus dan akupun tertarik membelinya. Terasa seperti deja vu ketika
aku berjalan ke muka rumah dan mengetuk pintunya.
Sesaat
kemudian, seorang wanita tua membuka pintunya.
“Apa
yang kau inginkan?”
“Maaf,
mengganggu ibu malam-malam, namun saya ingin membeli rumah ini. Berapa
harganya?”
Dia
justru mulai menutup pintunya.
“Bu!!!”
aku mencoba menahan pintu agar ia tak menutupnya.
“Kamu
takkan mau membeli rumah ini!”
“Kenapa?”
“Karena
rumah ini dihantui!”
“Dihantui?”
aku nyaris tertawa, aku tak pernah percaya dengan hantu.
“Ya.”
Jawab wanita itu, masih berusaha untuk menutup pintunya.
“Dihantui
oleh siapa?”
“OLEHMU!”
jerit wanita dengan ketakutan itu ketika ia membanting pintu.
58.
“Gubrak!!!”
“Hah?
Suara apa itu?” seruku. Suara itu datang dari kamar ayahku di lantai atas. Aku
segera berlari ke atas dan menemukan ayahku berada di lantai.
“Yah,
apa ayah tidak apa-apa? Ayah barusan terjatuh?”
Ayahku
hanya tertawa, “Ya, ayah barusan jatuh dari kursi.” Di samping ayah memang
tergeletak sebuah kursi yang terguling ke samping. Namun melihat ayahku, aku
justru tertawa terbahak-bahak. Ayah hanya memakai kaos jersey dan celana
pendek, namun ia juga memakai dasi.
“Ayah,
kenapa ayah berpenampilan seperti itu?’ aku tertawa.
Wajah
Ayah memerah, “Jangan cerita pada ibumu ya? Ayah sangat malu.”
Setelah
membantu ayahku berdiri, akupun meninggalkan kamarnya. Aku tak sabar untuk
menceritakannya pada ibu kalau ia pulang nanti. Aku tahu ayah dan ibu sedang
bertengkar hebat, namun aku yakin ibu juga pasti tertawa terbahak-bahak jika
menemukan ayah nanti.
59.
Aku bekerja di sebuah restoran. Larut malam, saat restoran ini sedang sepi, aku
melihat sepasang muda-mudi. Sepertinya mereka berpacaran. Sang gadis tampak
antusias bercerita pada sang laki-laki. Namun sang laki-laki sebaliknya, ia
tampak sangat gugup. Bahkan tingkah lakunya sangat mencurigakan. Ia sama sekali
tak tersenyum dan hanya mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja.
Lama-kelamaan,
aku menyadari bahwa ketukan jarinya memiliki irama.
Taptaptap.
Tap tap tap. Taptaptap.
Taptaptap.
Tap tap tap. Taptaptap.
Irama
itu sangat catchy sehingga mudah kuingat. Mereka duduk di sana
beberapa lama, hingga suatu saat mereka memutuskan pergi. Aku merasa bersalah,
mereka mungkin merasa agak terganggu sebab sejak tadi aku terus memandangi
mereka.
Saat
membayar bon di kasir, sang gadis tersenyum sangat manis kepadaku, sementara
sang pria dengan tatapan tajam menatap ke arahku sebelum akhirnya pergi. Ups,
apa ia merasa cemburu? Benar-benar pria yang aneh (mungkin depresi). Entah
mengapa, perasaanku menjadi tidak enak. Aku harap gadis itu baik-baik saja.
60.
Ketika aku tiba di rumah sepulang sekolah, tidak ada seorangpun di sana. Ayah
dan ibuku masih belum pulang. Seperti biasa, setelah mengunci pintu, akupun
pergi ke kamarku. Aku kemudian menutup pintu dan berganti baju di dalam kamar.
Saat hendak membuka pintu, aku terkejut. Pintu kamarku tak mau membuka.
Seolah-olah
ada yang memeganginya dari luar.
Aku
tak mengunci kamarku, jadi seharusnya pintu itu terbuka dengan mudah. Mungkin
saja pintuku rusak, namun pikiran bahwa “ada seseorang menahan pintuku dari
luar” membuatku takut.
Untunglah
kamarku terletak di lantai satu dan sambil membawa telepon genggam, akupun
keluar dari jendela. Saat aku berada di luar, beruntung aku bertemu ibuku yang
baru saja tiba di depan rumah.
“Ibu
… pintu kamarku …mungkin ada orang…” aku berkata dengan terbata-bata karena
masih ketakutan.
Namun
ibuku justru tertawa. Ia tak mempercayaiku. Kamipun masuk dan ibu mencoba
membuka pintu kamarku. Ternyata pintu itu terbuka dengan sangat mudah.
“Lihat,
bisa kan? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Rumah ini sudah tua, jadi wajar kalo
pintu ini sudah rusak.”
Akupun
masuk dan ibuku meninggalkan rumah sambil tertawa. Dengan perasaan malu, aku
membuka kunci jendela dan menatap ke luar. Angin berhembus di wajahku dan aku
mulai tertawa. Ah, mana mungkin ada orang mesum masuk ke kamarku? Hari masih
siang bolong begini.
61.
Aku sangat lelah. Memiliki dua anak di bawah umur 3 tahun sangat menguras
tenagaku. Aku tenggelam ke dalam sofa dengan penuh rasa syukur, mematikan
televisi, dan benar-benar menikmati suasana tenang yang langka ini. Aku pasti
tertidur karena kelelahan sebab hal berikutnya yang aku tahu, suamiku yang baru
pulang kerja menggoncang-goncangkan bahuku.
“Hei,
tukang tidur.” katanya, “Apa anak-anak sudah tidur semua?”
Aku
segera panik, melompat dari sofa, dan meninggalkan suamiku yang dalam kondisi
kebingungan melihat reaksiku. Aku berlari ke arah lorong. Detak jantungku
memuncak ketika aku mencapai pintu di sebelah kanan. Aku berdoa, berharap aku
salah.
Aku
membuka pintu kamar mandi.
62.
Suatu hari, seorang guru SD memanggil orang tua salah satu muridnya dengan
panik.
Kedua
orang tua tersebut ikut2an khawatir sebab guru tersebut terlihat sangat cemas.
“Ada
apa dengan anak kami?” tanya mereka.
Guru
itu menjawab, “Saya tahu apa yang akan saya katakan mengenai anak gadis anda
terlihat mustahil, namun kasus ini sebenarnya pernah terjadi di sekolah ini.
Anak perempuan anda sebenarnya adalah anak laki-laki. Ini memang suatu hal yang
aneh, namun sebenarnya ia memiliki penis, hanya letaknya tersembunyi. Ia
memerlukan operasi secepat mungkin.”
Segera
kedua orang tua tersebut memeriksakan anak mereka ke dokter dan ternyata apa
yang dikatakan guru tersebut benar. Mereka segera membawanya ke rumah sakit dan
melakukan operasi untuk anak tersebut.
Mulai
saat itu, anak itu hidup sebagai anak laki-laki.
Ini
memang suatu kasus yang aneh. Tapi kedua orang tua tersebut sangat berterima
kasih pada guru tersebut. Berkat dia, kini anak mereka dapat menjalani hidup
yang normal.
63.
Suatu hari seorang calon guru melakukan magang di sebuah SD di Jepang. Ini
adalah kali pertamanya mengajar, sehingga ia merasa sangat gugup. Untunglah
murid2nya sangat ramah dan dengan waktu cepat ia sudah merasa dekat dengan
murid2nya.
Namun
beberapa hari sebelum masa magangnya berakhir, salah seorang anak perempuan di
kelasnya meninggal bersama kakak laki2nya. Mereka sedang tertidur di lantai dua
saat api menelan rumah mereka. Hanya kedua orang tuanya dan adik mereka yang
masih bayi yang tidur di lantai satu mereka menyelamatkan diri.
Teman2
sekelasnya shock dan menangis tersedu-sedu saat upacara pemakaman mereka.
Setelah pemakaman, sang guru magang melihat-lihat lukisan yang dibuat oleh
gadis itu sebagai tugas kelas seni. Temanya adalah keluarga. Di sana ia
menggambar rumah dan keluarganya. Ia dan kakaknya sedang melambaikan tangannya
dari jendela lantai dua. Sementara ayahnya sedang menggendong bayi mereka,
bersama dengan ibunya yang sedang menyirami tanaman di halaman.
Mereka
terlihat seperti keluarga yang bahagia. Sungguh sangat disayangkan.
64.
Seorang pria sedang dalam perjalanan dinas ke luar kota ketika ia memutuskan
untuk menghubungi istrinya di rumah lewat telepon. Ia terkejut ketika mendengar
suara wanita yang tidak dikenalnya di telepon.
“Siapa
kau?” tanya sang suami.
“Saya
pembantu yang bekerja di rumah ini.” jawabnya.
“Kami
tak punya pembantu di rumah kami.” kata sang suami dengan curiga.
“Saya
baru saja mulai bekerja hari ini. Nyonya rumah yang memperkerjakan saya.”
“Dapatkah
kamu memberikan telepon ini pada istriku?” pria itu semakin curiga.
“Beliau
sedang beristirahat di kamarnya sekarang,” sang pembantu terdiam sebentar
sebelum akhirnya ia melanjutkannya perkataannya kembali, “Saya pikir pria yang
berada bersamanya di kamar tidur itu suaminya …”
“Apa?!”
sang suami terkejut. Sebuah akal kemudian muncul di kepalanya, “Apa kau mau
uang 50 juta?”
“Apa
yang anda inginkan untuk saya lakukan?” ia terdengar ragu-ragu, namun uang 50
juta terdengar sangat banyak untuknya.
“Ada
pistol di laci meja telepon. Seharusnya pistol itu sudah terisi. Aku ingin kamu
naik ke atas dan menembak mereka. Mengerti?”
“Ba…baik.
Saya akan mencobanya.”
Sang
pembantu pergi tanpa menutup teleponnya. Sang suami bisa mendengarnya menarik
laci, melangkah naik ke atas, dan kemudian terdengar samar dua suara letusan
tembakan sebelum akhirnya terdengar langkah kaki mendekat ke arah telepon.
“Halo?”
tanya sang pembantu. Sang pria tersenyum dengan puas.
“Kau
bekerja dengan sangat bagus. Jauh lebih bagus daripada dugaanku.”
“Terima
kasih. Apa yang harus saya lakukan dengan jenazah mereka?”
“Pertanyaan
bagus. Tenggelamkan saja mereka di kolam renang.”
“Kolam
renang? Kolam renang yang mana? Rumah ini tidak memiliki kolam renang.”
Keduanya
hanya terdiam.
65.
Aku baru berumur 7 tahun ketika orang tuaku mengetahui bahwa aku sebuta
kelelawar. Sebenarnya kelelawar tidaklah buta. Mereka memiliki penglihatan,
namun sangat buruk. Seperti itulah kondisiku. Aku belum pernah mengikuti tes
penglihatan sehingga aku beranggapan bahwa orang lain melihat sebagaimana aku
melihat dunia. Aku hanya melihat bayangan-bayangan kabur, figur yang
samar-samar, cukup untuk membuatku tidak menabrak mereka. TV bagiku adalah
radio yang dilengkapi dengan permainan cahaya dan aku hanya bisa membedakan
mainanku dari warna-warnanya. Ketika aku tak kunjung belajar membaca, orang
tuaku membawaku ke rumah sakit dan akhirnya mengetahui kekuranganku.
Duniaku
berubah selamanya ketika aku mendapat kacamata pertamaku.
Aku
melihat segalanya! Aku melihat kamar dokter mata, dinding, langit-langit,
tanganku, dan orang-orang yang ada di ruangan. Aku melihat ayah, ibu, dokter,
dan para perawat. Dengan takjub aku melihat warna mata ayahku untuk pertama
kalinya.
Namun
untuk pertama kalinya pula aku masih melihat beberapa orang di ruangan tetaplah
samar, gelap, dan kabur. Mereka ada banyak dan aku tahu mereka mengawasiku
seperti aku mengawasi mereka.
Dan
aku menyadari kaki mereka tak menyentuh tanah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Akhirnya selesai juga 65 Riddle Story nya =_= akhirnya ane bisa post yang lain.
Lanjut Part 1 Klik Sini Vroh
Lanjut Part 2 Klik wae sini
Lanjut Part 3 Klik sini gan
Lanjut Part 4 Klik sini cuk
Lanjut Part 5 Klik sini cot
Lanjut Part 6 Klik sini Say :*
Jawaban Part
1&2 Jawaban12
Jawaban Part
3&4 Jawabn34
Jawaban Part
4&5 Jawaban56
terima kasih sudah mampir ya :3 jangan lupa komen dan share ea :3 :v